Judul: Pulang
Pengarang: Leila S.Chudori
Penerbit: KPG 2014
Jumlah Halaman: 461
Selamat menikmati bulan Oktober, teman-teman. Awal bulan yang sempat dipenuhi dengan kebimbangan, apakah memutuskan mau nobar (nonton bareng) film G30S PKI atau nonton wajah ganteng mas Nicholas Saputra di film "Aruna dan Lidahnya".
Yang saya ingat mengenai
peristiwa G30S PKI di dalam buku pelajaran sejarah, ialah kekejaman tiada tara
tentang segolongan orang yang berniat mengganti ideologi negara. Namun, setelah
menjadi tua dan menemukan novel ini, ternyata begitu banyak luka, bukan hanya
yang disebabkan para komunis, tapi juga oleh 'para pahlawannya'.
Pesona utama novel ini ialah
mengupas beberapa fakta sejarah yang tidak digemborkan dalam buku sejarah di
sekolah. Saya menyesal sekali karena memerlukan waktu hampir 5 tahun untuk
merampungkan buku sebagus ini. Dengan latar sejarah tahun 1965, tepat
pada saat peristiwa berdarah pengkhianatan Partai Komunis Indonesia, Leila
dengan piawai berhasil membawa pembacanya ikut merasa berdebar ketika tokoh
utama, Dimas Suryo, sedang mengalami pengejaran atas tuduhan komunis yang
menjeratnya.
Namun, bukan hanya itu yang
membuat buku ini begitu manis sekaligus magis. Leila juga menuliskan sudut
pandang berbeda dalam sejarah paling berdarah yang terjadi di Indonesia 53
tahun yang lalu.
Peristiwa G30S PKI di dalam Novel "Pulang"
Dalam buku ini, pihak korban
yang menjadi tokoh utama ialah para terduga komunis. Mereka mengalami berbagai
pelanggaran hak asasi, kehilangan status kewarganegaraan, sampai pada pelecehan
seksual yang dilakukan aparat pemerintah saat melakukan interogasi. Di akhir
bukunya, Leila menuliskan bahwa ia melakukan sejumlah wawancara terhadap
beberapa eksil politik dan eks tapol (tahanan politik) saat menulis buku ini,
jadi kemungkinan besar ada banyak fakta di balik status buku ini sebagai fiksi.
Secara singkat novel ini
menceritakan tentang tokoh bernama Dimas, seorang eksil politik yang terpaksa
mengembara ke berbagai negara karena paspornya dicabut oleh pemerintah
Indonesia kala itu. Hal yang menarik ialah tokoh Dimas yang digambarkan
memiliki tendensi politik netral. Ia bergaul dengan banyak simpatisan komunis,
namun ia juga sering berdiskusi dengan tokoh lajur kanan. Walaupun begitu, ia
dan keturunannya tetap terkena imbas atas tuduhan komunis yang seolah menempel
permanen di wajahnya.
Tabiat Birokrat yang Mesti Diubah
Selain mengungkap sisi lain
dari peristiwa G30S PKI, Leila juga mengungkapkan tabiat buruk birokrat tingkat
atas yang suka menggemborkan kemewahan di atas penderitaan rakyat.
Tentu teman-teman masih
mengingat kejadian istri jendral yang menampar petugas bandara tempo hari. Yap,
itu bisa jadi salah satu contoh tabiat buruk birokrat yang sering merasa jadi
tuan tanah. Padahal visi misi pemerintahan ialah pelayanan kepada rakyat, tapi
itu sama sekali tak tercermin dari para pejabat di negeri kita tercinta.
Anime "Servant X
Service" mungkin bisa menunjukkan sedikit gambaran pegawai negeri ideal
yang sangat berdedikasi terhadap pelayanan masyarakat. Saya mendadak ingat pada
petugas Puskesmas dekat rumah yang mukanya judes dan kata-katanya selalu pahit,
sepahit kena omelan istri di pagi hari.
Saya kira ibu-ibu yang
berkunjung ke Puskesmas tak pernah menuntut petugas ganteng macam Adipati
Dolken. Cukup tunjukkan sopan santun standar agar kami bisa nyaman saat
menggunakan hak kesehatan gratis yang sudah disediakan pemerintah.
Kritik untuk Novel "Pulang"
Ada hal menarik saat saya
menuliskan resensi novel ini di Instagram. Ada salah satu netizen yang
berkomentar ,"Saya gak suka dengan tipikal pemuda pergerakan di buku-buku:
selalu merokok, sok nyastra, hobi bercinta, dan pilihan musiknya cuman The
Beatles atau Joan Baez".
Seperti yang sudah saya tulis
di atas bahwa konten buku ini sangat menarik. Alangkah bagusnya lagi kalau
adegan 'cinta panas' dalam buku ini bisa dikurangi. Sehingga dedek-dedek manis
yang belum akil balig bisa memilih buku ini menjadi salah satu bacaan penting
selain fiksi-fiksi di wattpad.
Sebagai emak-emak, saya hanya
ingin supaya novel sebagus ini bisa menjangkau selera kalangan remaja, supaya
kecintaan mereka berarah pada perkara sejarah ketimbang tentang ilusi cinta
yang melodrama.
Sekian, semoga bermanfaat.
Editor gambar: @nurul_huda_mr
0 Comments
Post a Comment