sumber: Asianwiki.com |
Babang Lee min Ho kembali ke peredaran dunia drama Korea. Dengan releasenya The King: Eternal Monarch, doi kembali menegaskan pesonanya dalam situasi work from home.
Sama seperti es krim Viennetta, kemunculannya di situasi genting seperti ini sungguh sebuah kebetulan yang mungkin akan menjadi obat kejenuhan karantina. Meski sekarang, es krim Viennetta sedang susah dicari keberadaannya.
Sebagai informasi, episode perdana drama ini berhasil meraih rating paling tinggi di kanal televisi SBS, yakni sekitar 11 persen. Pencapaian yang mengalahkan drakor Vagabond yang diperankan Lee Seung Gi tahun lalu.
Wajar saja sih episode pertama drama ini langsung melesat. Soalnya trailernya sendiri sudah membuat heboh dunia emak-emak perdrakoran. Terlihat di trailernya bahwa drama ini akan banyak memiliki adegan Lee Min Ho naik kuda putih. Iya, KUDA PUTIH. Alamak! Meleleh hati awak.
Trailer berdurasi satu menit ini berulang kali saya putar dengan harapan bisa memahami keseluruhan cerita melalui petunjuk yang sangat sedikit. Adegan trailernya sederhana, hanya Lee Min Ho berseragam pangeran, lalu naik kuda putih dan berpindah ke dunia lain.
Saking sedikitnya bocoran cerita yang diberikan dalam trailer ini, saya sampai hafal semua gerakan detailnya. Gerakan rambutnya ketika naik kuda, adegan Kim Go Eun ketika mengikat rambut, sampai adegan bulu kuda yang terkena angin badai ketika hendak menyebrang ke dunia lain.
Pelitnya cerita trailer yang dibagikan tim produksi pastilah berperan besar dalam memancing rasa ingin tahu penonton, sehingga efeknya bisa menaikan rating episode perdana dengan signifikan. Atau ini sebenarnya berasal dari efek Lee Min Ho yang naik kuda putih? Saya rasa jawabannya adalah kombinasi dari keduanya.
Secara singkat, drama ini menceritakan tentang cinta Lee Min Ho dan Kim Go Eun yang terhambat karena mereka berada di dunia yang berbeda. Lee Min Ho tinggal di Korea Selatan dengan sistem pemerintahan monarki sedangkan Kim Go Eun hidup di republik Korea.
Setelah episode pertama dan keduanya turun, rasanya cerita memang berjalan tepat seperti yang trailer berikan kepada penonton. Lee Min Ho yang langsung jatuh cinta kepada Kim Go Eun tanpa perlu waktu. Kemudian cintanya terhalang rintangan pertama yakni kekeraskepalaan Kim Go Eun dalam menerima Lee Min Ho karena ia terlihat seperti laki-laki setengah gila yang terkena sindrom pangeran.
Pada awal pertemuan, Lee Min langsung menawarkan Kim Go Eun untuk menjadi permaisuri demi membuktikan keberadaan dunia paralel di mana Korea berbentuk monarki. Kim Go Eun jelas misuh-misuh dan menganggap dia hanya orang gila yang banyak bicara.
Saya sih memahami perasaan Kim Go Eun. Perempuan mana coba yang mau dijadikan permaisuri oleh orang asing yang terlihat setengah gila meskipun orangnya seganteng Lee Min Ho? (((Saya mau))).
Lee min Ho sendiri sudah hiatus nggak main drama selama tiga tahun karena menjalani wajib militer. Jadi, drama ini adalah pelepasan rindu dari fans kepada idolanya yang kini sudah semakin tua, namun semakin ganteng.
Kominitas emak-emak drakorian di tempat saya tinggal saja sudah gaduh menyambut drama ini dengan pembahasan apakah kegantengan Lee min Ho itu asli atau palsu. Dilihat dari komentar-komentar yang menumpuk, sepertinya mereka bersepakat bahwa dia memang melakukan operasi plastik.
Akhirnya pembahasan ditutup dengan anjuran untuk menyukai tokoh drama lain yang gantengnya asli, nggak kw pakai plastik-plastik.
Saya sendiri setuju bahwa Lee min Ho memang terlihat seperti seseorang yang kegantengnya terus bertambah setiap tahun. Nggak kayak kita-kita ini, yang nambah tiap tahun cuman keriput dan berat badan, bukannya gaji dan tunjangan pemerintah.
Saya heran juga. Di umur 32 tahun, bukannya jadi botak karena pengaruh usia, dia justru terlihat makin kinclong kayak pantat panci habis disikat pakai abu gosok. Kesel deh. Minum apa sih, bang? Formalin, yak?
Saya sama sekali nggak bermasalah sama kegantengan dia yang katanya palsu itu. Toh, yang bayar uang operasi dia sendiri. Toh yang merasakan ribetnya perawatan pasca bedah plastik juga dia sendiri. Dan enaknya justru berdampak pada masyarakat drakorian secara luas.
Bisa dikatakan, operasi plastik justru menguntungkan banyak pihak secara gratis. Efeknya bisa meredakan segala kegundahan hati atas segala ketidakjelasan finansial bulan depan; meredakan ketidakjelasan boleh mudik tapi jangan mudik; ketidakjelasan ojol boleh bawa penumpang atau tidak; atau ketidakjelasan soal KRL yang anehnya dipertontonkan di depan media bukannya dirapatkan secara kompak di belakang layar.
0 Comments
Post a Comment