Buku yang baru saya rampungkan ini memang punya cerita yang asyem syekali. Dari awal kita disuguhkan berbagai tragedi kemanusiaan yang membuat diri ini jadi sering menghela napas.
Beware: Membaca novel ini akan membuat anda jadi sering merasa haus.
Kisah Novel Dry
Judul: Dry
Penulis: Neal dan Jarrod Shusterman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2020
Jumlah halaman: 456
Novel ini menceritakan tentang kondisi dunia ketika air sudah menjadi barang langka. Keluarga Alyssa sebagai salah satu penduduk Amerika, menjadi salah satu bagian masyarakat yang terdampak cukup parah dari peristiwa “keran mati” ini.
Ketika air berhenti mengalir, yang terjadi pertama kali pastinya adalah panic buying kan ya. Alyssa dan keluarganya terlambat untuk memulai membeli air kemasan di minimarket. Akhirnya, Alyssa mendapatkan ide untuk membeli es batu sebanyak-banyaknya agar ketika cair nanti bisa menjadi air.
Cobaan tentu saja tidak akan berhenti di sini. Setelah kejadian "Keran Mati" dunia seakan berubah. Manusia menjadi lebih liar, sadis, dan mengerikan (tentu saja) karena mengikuti insting untuk bertahan hidup di tengah kondisi tanpa air.
Karena kondisi yang terus memburuk, akhirnya orangtua Alyssa memutuskan untuk menuju pesisir untuk ikut mengambil jatah air hasil mesin desalinasi. Well, nasib keluarga Alyssa tambah buruk sejak orangtua mereka pergi dari rumah.
POV Novel Dry yang Berganti-Ganti
Dari sini, kita akan digiring penulis untuk melihat asal-usul kelompok petualang yang isinya adalah anak-anak semua. Kemalangan yang menimpa orangtua Alyssa dan Kelton, membuat mereka mesti bertahan hidup dengan berdiri sendiri.
Dari sinilah, kelompok anak-anak yang isinya Alyssa, Garrett (adik Alyssa), Kelton, Jacqui (anak yang menyelamatkan Alyssa di pesisir) , dan Henry (anak pemilik air kemasan terakhir) akan memulai petualangan mereka menuju tempat evakuasi.
Tempat Evakuasi yang Hanya Penuh dengan Janji-Janji
Dari sini, saya sebagai pembaca jadi sering merasa ikut-ikutan haus karena tokoh di dalam buku ini semuanya dehidrasi, kulitnya kering, bibirnya pecah-pecah, dan ketika sudah mendekati kematian, mereka akan mengalami ledakan energi. So, pastikan bawa segelas air lah saat menikmati buku ini.
Mendekati tempat evakuasi mereka hanya melihat lautan manusia tanpa air. Petugas keamanan hanya membawa kantong mayat, tidak ada yang lain. Mereka akhirnya kembali kabur, menuju tempat evakuasi berikutnya, yang mungkin masih menyimpan harapan. Mungkin.
Bila Nanti Air Benar-benar Habis
Perubahan iklim rasanya mulai terasa kan ya, gaes? Belakangan ini panasnya terasa makin menyiksa, lebih menyiksa dari rindumu ke dia. Eaaa. Belakangan ini cuaca makin gak karuan, kayak perasaan. Eaaa lagi. So, bukan gak mungkin kejadian “keran mati” akan terjadi di masa depan.
Mungkin syekali sebuah negara, bahkan cuman antar negara bagian seperti Amerika akan berseteru demi aliran air di sungai. Ketika itu terjadi, manusia mungkin akan menjadi binatang liar, mengedepankan insting bertahan hidupnya, mengabaikan nurani untuk bisa sekadar minum air putih.
Well, buku ini bagus banget lah untuk referensi penggambaran “kiamat singkat” dan polah manusianya jika itu benar terjadi. Happy Sunday.
Baca juga: A Court of Thorns and Roses: Kisah Cinta Beda Spesies
2 Comments
abis baca ini aku langsung haus banget! dashyat emang kalau sampai ga ada air ya,serasa kiamat ya
ReplyDeleteitulah mbak. serasa realita pas lagi baca ini
DeletePost a Comment