Drama Korea The King: Eternal Monarch nggak berhenti mendapat badai kritik dari penontonnya. Sebabnya beragam, mulai dari alur cerita yang membingungkan, sampai soal segmen iklan yang dirasa kebanyakan.
Untuk isu yang kedua ini rasa-rasanya nggak lepas dari episode delapan The King: Eternal Monarch yang minggu lalu baru saja rilis. Di dalam episode itu, memang terlihat babang Lee Min Ho memuji produk kopi botolan yang menjadi sponsor drama tersebut ketika sedang melakukan adegan telepon-teleponan bersama ayangnya, Mbak Kim Go Eun.
Lalu, iklan terakhir di The King: Eternal Monarch yang dikeluhkan pemirsa drakorian adalah soal kimchi yang disorot kamera ketika tim detektif Kim Go Eun sedang makan. Secara singkat begitulah keluhan yang disampaikan penonton pasca episode delapan yang penuh promosi produk. Jadi, mari kita bedah satu persatu.
Netizen yang berkomentar buruk soal adegan iklan itu pasti nggak pernah nonton jenis film sadis yang kalau ngiklan jauh lebih zalim, nggak pakai basa-basi, bahkan memakai durasi waktu dan naskah yang terlalu panjang. Buat saya, segmen di mana Lee Min Ho sedang ngiklan kopi itu nggak terasa mengganggu sama sekali. Bagian iklan tersebut terasa mulus dan natural aja kok, nggak terkesan dipaksakan.
Adegan ini sama sekali nggak bisa disandingkan sama sebagian film Indonesia yang hobi banget ngiklan biskuit atau produk sosis secara berlebihan. Ada begitu banyak adegan untuk iklan dengan memasukkan naskah percakapan yang nggak nyambung blas sama alur cerita.
Misalnya saja, ada adegan di mana tokoh wanita dan pria sedang santai di taman bunga serambi menikmati biskuit (((sponsor))). Okelah, ya, di sini masih wajar. Namun, obrolan mereka berdua tiba-tiba berhenti dan beralih sejenak untuk memuji rasa biskuit yang katanya sangat enak itu. Sampai di sini juga masih oke dan masih bisa dibenarkan.
Setelah itu, filmnya tiba-tiba terasa cringe ketika obrolan mereka masuk ke penelaahan bagaimana biskuit ini dibuat dan bahkan sampai membahas komposisi nutrisinya. Alamak! Nggak akan ada pasangan yang sedang bersantai di taman membahas nilai gizi sebuah camilan!
Kalau sudah begitu, kenapa nggak sekalian aja naskahnya dipanjangkan untuk menerangkan dengan jelas bagaimana laporan penjualan biskuit ini selama sebulan beserta data grafiknya seperti sedang presentasi di kantor manajemen? Kan kzl. Ini nonton film apa nonton iklan!
Iya sih, sebuah film tentu butuh uang untuk proses pembuatannya. Sponsor dari sebuah produk menjadi salah satu jalan untuk memastikan sebuah film bisa dibuat dengan baik memakai tim produksi serta artis yang bermutu. Akan tetapi, sangat disayangkan jika penempatan iklan dalam sebuah film tidak dipikirkan dengan matang oleh sutradaranya. Rasa film yang tidak lagi terasa natural jelas akan membuat penonton jadi kabur dan akhirnya memilih untuk pergi dan mencari film alternatifnya.
Penempatan iklan yang salah jelas akan membuat dampak buruk ganda. Pertama, film yang terasa jelek dan mengecewakan penonton. Kedua, pengaruh yang diharapkan sponsor untuk meningkatkan penjualan produk pun gagal.
Padahal, penempatan iklan yang tepat bisa jadi profit yang sangat besar untuk sponsor. Memang sulit, sih, untuk bisa menyisipkan iklan tanpa membuat penonton merasa sedang ditipu. Perlu intrik dan gombal tingkat tinggi yang lebih jago dibandingkan babang Dilan, si duta rindu Indonesia.
Soal penempatan iklan yang oke, drama serial Goblin bisa jadi panutan yang lumayan baik. Buat emak-emak yang sudah nonton Goblin pasti sampai nggak hafal apa saja produk yang diselipkan dalam cerita sama sutradaranya. Soalnya, buanyaaak banget produk sponsornya.
Ada satu produk yang sangat lengket di hati, sampai akhirnya saya juga merengek pada suami ingin dibelikan barang yang sama, yakni parfum merk Body Shop White Musk. Bahkan, saking terkenalnya karena drama Goblin, Anda hanya cukup mengetikkan kata “parfum Goblin” dan barang ini akan muncul di Google.
Bagaimanakah parfum ini muncul sebagai iklan dalam drama Goblin? Sederhana saja. Kedua aktor utamanya sama sekali tak mengungkapkan bagaimana parfum ini dibuat. Mereka juga nggak pernah panjang lebar menerangkan bahwa parfum ini berasal dari bahan organik yang aman untuk kulit sensitif.
Produk ini muncul sebagai hadiah dari babang Goblin kepada Ji Eun-tak ketika ia memutuskan untuk mati di hari pertama turunnya salju. Romantis, kan? Aaak. Saya iri.
Saking suksesnya drama Goblin di waktu itu, ada banyak aksesoris yang turut dibuat untuk menyenangkan kaum fans garis kerasnya. Miniso, toko kelontong multinasional yang sering ada mal, yang juga merupakan sponsor drama ini, mengeluarkan sederet boneka karakter tokoh goblin.
Selain itu, Miniso juga menjual botol minuman sampai lilin aromaterapi ala serial Goblin. Kapitalis memang sudah gila. Semua bisa dibuat asal Anda senang, eh, asal cuan yang menang.
Namun, nggak masalah. Memang itulah tujuan film dan drama dibuat, untuk menghasilkan profit. Supaya roda perekonomian serta pola hidup konsumtif terus bergerak melalui godaan halus berbentuk iklan gombalan maut.
Over all, iklan di dalam drama The King: Eternal Monarch memang nggak serapi drama Goblin, tetapi nggak separah beberapa drama cinta di televisi kita. Tepat berada di tengah-tengah lah.
Penilaian ini mungkin saja terpengaruh dari diri saya yang terbiasa melihat iklan secara blak-blakan dalam sebuah film, yang diselipkan sutradara tanpa memerhatikan plot cerita. Sehingga, iklan kopi Lee Min Ho dalam drama terasa biasa saja, cuma selevel gado-gado karet satu.
P.S : Artikel ini juga terbit di website Terminal Mojok tahun 2020.
0 Comments
Post a Comment