Ketika melihat tema “Ibu Bahagia, Anak Bahagia” saya jadi teringat tahun 2017, di mana saya baru saja melahirkan anak pertama. Di sini, saya yang lama masih berstatus sebagai ibu baru yang benar-benar payah.
Bahkan sekarang saya masih ingat perasaan di mana saya merasa sangat terpuruk. Momen menjadi seorang ibu ternyata gak seindah gambaran di televisi. Jam tidur yang sangat kurang, masalah keuangan, dan lelah yang terus-menerus menggerus semua rasa bahagia sehingga gak ada satupun rasa syukur yang tersisa dalam diri.
Apalagi, ada tekanan yang besar dari keluarga yang menuntut saya sempurna secara instan: harus bisa ngurus anak, bisa begadang, bisa menyusui, bisa bahagia.
Di momen yang penuh keluhan begini, biasanya saya cuman nangis. Mandi sambil nangis, biar berasa dramanya. Saya enggak bahagia sama sekali di masa itu. Sama sekali tidak bahagia.
Sampai akhirnya saya bertemu dengan komunitas Ibu Profesional di media sosial. Waktu itu, saya memang hanya iseng, hanya penasaran. Ternyata, ujung-ujungnya saya nekat mendaftar dan masuk ke dalam komunitas yang paling kece ini.
Saya kira ini adalah komunitas yang ngajarin supaya mak-emak baru bisa belajar segala hal tentang dunia rumah tangga, termasuk ngurus anak. Ternyata, jauh lebih luas dibandingkan itu. Komunitas ini berusaha membangkitkan kekuatan para ibu untuk bisa berkarya dari rumah untuk dunia.
Materi pertama yang saya dapat adalah tentang passion dan kebahagian. Satu kalimat yang masih saya ingat tentang materi itu adalah “Happy mother raise happy family”. Kalimat ini rasanya langsung meresap dalam sanubari. Saya langsung sadar bahwa ibu yang gak bahagia nggak akan mungkin bisa membesarkan anak-anaknya menjadi insan yang bahagia.
Menemukan Passion dan Cara Mengisi Waktu Luang
Di awal materi IIP, menemukan passion dan hobi juga menjadi titik loncatan di mana saya akhirnya menemukan kebahagiaan dari dalam rumah. Setelah berhenti bekerja saat hamil, saya memang merasa kehilangan dunia. Saya mendadak merasa nggak punya teman, mendadak merasa sendiri, mendadak merasa payah sendiri.
Ternyata, menemukan passion menjadi jawaban atas semua kegelisahan dan kegilaan saya di rumah. Sesederhana itu.
Saya mendadak sadar sudah begitu lama nggak baca buku, hal yang saya sangat sukai sebelum menjadi ibu ‘yang sangat sibuk’. Jadi, setelah materi ini, saya kembali mencari buku. Membaca buku-buku lama, pergi ke perpustakaan, sampai nongkrong di toko buku ketika bayi sedang tidur (waktu itu masih belum masa pandemi).
Setelah puas dengan buku, saya mulai melirik komunitas lain yang juga hobi membaca dan menulis. Ternyata, menemukan penawar segala anxiety cukup sesederhana mencari kegiatan positif yang bisa dilakukan di waktu luang, sesederhana itu.
Hobi yang Berkembang
Hobi menulis dan membaca yang yang saya geluti memang berhasil menguras rasa jenuh dari segala aktivitas mengurus anak. Tiap kali anak tidur, hal yang lakukan adalah membuka laptop, menulis di buku, atau membaca buku.
Saya mulai mengenal ibu blogger lain yang bahkan bisa menghasilkan uang dari rumah. Duh, saya iri setengah mati. Saya mulai mencari cara untuk bisa sampai di titik itu juga, jadinya saya mulai pamrih. Saya hanya menulis di website yang menawarkan honor.
Sayangnya, yang namanya kemampuan memang gak akan langsung tajam. Harus diasah dulu dengan merasakan kecewa berkali-kali.
Artikel yang saya buat tidak dimuat di website yang menawarkan honor tersebut. Rasanya sampai putus asa. Tapi, percaya deh, rasa kecewa dan putus asa dari sebuah usaha yang gagal masih lebih menyenangkan dibandingkan rasa kosong karena tidak berbuat apa-apa.
Saya menyerah untuk mencari uang lewat menulis. Aktivitas saya di momen ini akhirnya kembali seperti di waktu awal: menulis untuk menenangkan batin dan jiwa.
Mulai Mendapatkan Pelatihan
Komunitas menulis dan membaca sebenarnya memiliki segudang aktivitas pelatihan. Kulwap alias kuliah Whatsapp yang pertama yang saya dapatkan adalah tentang cara mengulas buku di media sosial.
Waktu itu yang yang mengadakan adalah komunitas 99 Days OWOP (One Week One Posting) dari Bandung yang ketuanya adalah Teh Shanty (kalau nggak salah). Sekarang, komunitasnya sudah jadi Komunitas Literasi Ibu Profesional.
Seneng banget lah, karena waktu itu saya ikutan giveawaynya dan dapat buku. Yeay, imbalan pertama dari hasil menulis. Setelah itu, saya follow semua mak-emak yang emang punya hobi satu jalur dengan saya.
Dari pertemanan ini pula saya mendapatkan informasi tentang adanya pelatihan gratis dari app Skill Academy tentang menulis SEO di blog. Kalau dijabarkan secara singkat menulis SEO adalah cara supaya artikel yang kita tulis bisa muncul di laman pertama Google.
Uooo, ternyata untuk bisa mendapatkan perhatian dari Google caranya begitu berliku. Masih lebih mudah pdkt sama doi ketimbang sama Google. Saya juga pernah ikutan pelatihan dari mak Carolina Ratri dan blogger lainnya serta pelatihan dari Tempo.
Semua ini membuat saya makin sibuk sama hobi dan benar-benar menguapkan semua masalah yang dulu sering dikeluhkan.
Imbalan yang Diharapkan Mulai Berdatangan Satu per Satu
Seiring berjalannya waktu, saya mulai mendapatkan imbalan seperti menang kompetisi lalu dapat buku gratis. Artikel yang saya kirim ke website juga perlahan mulai diterima. Honor pertama yang saya dapat dari menulis masih terasa manisnya sampai sekarang.
Saya juga sempat bekerja di sebuah agensi menulis artikel SEO dan website parenting. Waktu itu bangga banget rasanya sudah bisa beli skin care sendiri, huhuhu. Di momen ini, saya mulai begadang dan mengorbankan waktu tidur untuk bisa menulis artikel sesuai dengan tenggat waktu. Capek sih, tapi senang.
Berhenti dan Berbelok
Sekarang, saya sudah gak kerja dari rumah. Karena alasan tertentu, saya memutuskan untuk menjalani kehidupan bekerja di ranah publik. Tapi, kegiatan menulis tentu tidak berhenti. Tiap ada waktu luang, akan saya sempatkan menulis artikel di blog sendiri.
Saya juga 'cuti panjang' dari perkuliahan di IIP dan jadi masyarakat umum ketika menulis artikel ini. Agak menyesal juga sih kalau melihat perkembangan teman-teman yang tidak berhenti. Apalagi, sepertinya dalam waktu dekat akan ada konferensi Ibu Pembaharu yang akan dilakukan teman-teman komunitas.
Ibu dan Anak yang Bahagia
Mengasuh anak memang tidak mudah ya, moms. Kadang GTM membuat kita naik pitam, belum lagi kerjaan rumah yang gak ada habisnya. Sehingga, begitu ada kejadian kecil seperti handuk basah ditaruh di kasur sama suami bisa membuat emosi jadi meledak. Heheh, maaf ya untuk para suami di rumah.
Menemukan passion dan mengeksplorasi diri bisa menjadi cara untuk membuat emosi jadi stabil. Dengan rutin mengasah kemampuan, pikiran jadi terbiasa fokus pada solusi bukan pada masalah.
Dengan memiliki hobi sendiri, seorang saya jadi bisa menekan kejenuhan yang menumpuk di dalam diri, sehingga mengurus anak bisa dilakukan dengan lebih santuuuy. Saya jadi punya rutinitas mencari kegiatan yang seru untuk dilakukan bersama anak, misalnya main masak-masakan, jalan keliling kompleks, main bola di lapangan, sampai membuat playdough bersama.
Hal penting yang perlu saya sampaikan untuk mak emak dan diri sendiri adalah mengurangi waktu luang yang sia-sia. Beneran deh, memiliki waktu luang yang tidak dimanfaatkan akan membuahkan pikiran-pikiran yang buruk.
Sekian perjalanan saya untuk bisa menikmati peran jadi seorang ibu.
Baca juga: Review Scarlett Whitening Bodycare, Worth It atau Enggak?
0 Comments
Post a Comment