Sebagai sebuah novel yang tokoh ‘aku’ nya adalah seorang anak-anak, tepatnya anak laki-laki 16 tahun, buku ini berhasil banget sih membuat kegalauan gara-gara zombie jadi lenyap lalu berganti dengan kegalauan baru. Hiks.
Sinopsis Buku Wizard Bakery
Kisah ini diawali oleh anak laki-laki yang baru saja kehilangan ibunya. Sang ibu mati bunuh diri, lalu ia mulai mengawali hidup sendiri bersama sang ayah.
Seiring perjalanan waktu, si anak laki-laki ini (btw, namanya nggak disebutkan sampai akhir) mesti menghadapi kisah baru bersama ibu tiri dan adik tirinya.
Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Ibu tirinya yang merupakan seorang guru di sekolahnya seolah bisa jadi peran yang baik bagi anak perempuannya dan bagi anak laki-laki tersebut. Namun, Guru Bae (nama si ibu tiri) makin lama makin terlihat mengerikan.
Ia mengomel tentang hal kecil, misalnya mengomel karena keberadaan foto si ibu anak laki-laki yang sudah meninggal tersebut. Ia mengomel karena si anak laki-laki itu duduk di ruang tamu, mengomel karena makan malam. Intinya, ia kesal dengan keberadaan si anak laki-laki ini.
Karena merasa dibenci, tokoh anak laki-laki ini mundur teratur. Ia mulai mengunci dirinya di kamar sepanjang waktu, menghindari makan bersama, sampai akhirnya ia ada namun seolah tidak ada. Begitulah.
Anak laki-laki ini terus membeli roti di dekat rumahnya untuk makan malam. Toko roti ini bernama Wizard Bakery. Pemiliknya adalah orang eksentrik yang tentu sama sekali tidak ramah. Roti-roti buatannya konon mengandung sihir dan terbuat dari bahan yang aneh. Konon katanya.
Konflik Kekerasan Seksual di Wizard Bakery
Bom waktu konflik terjadi ketika anak perempuan Guru Bae mengalami kekerasan seksual. Mu Hee, nama anak perempuan tersebut, tidak bisa mengatakan siapa pelakunya pada Guru Bae. Bisa ditebak, Guru Bae sangat frustasi sampai akhirnya ia mulai memukuli Mu Hee. Ck, jangan ditiru ya, mak-emak.
Sampai di sini saya makin galau. Zombie sudah terlupakan sama sekali.
Momen pukul-pukulan ini terjadi sampai akhirnya Mu hee menunjuk kakaknya yang malang sebagai pelakunya. Si anak laki-laki ini jelas kaget dan langsung kabur keluar rumah untuk menghindari amarah Guru Bae dan ayahnya.
Ia sembunyi di sebuah toko kue langganan dekat rumahnya. Di sinilah keajaiban dimulai.
Keajaiban Toko Roti Wizard Bakery
Setelah mengalami tragedi yang berliku, tokoh 'aku' akhirnya stay di toko roti untuk sementara waktu. Ia membantu operasional penjualan toko roti via online.
Di sinilah Ia belajar begitu banyak hal tentang sihir, keajaiban, serta pentingnya untuk berhati-hati dengan keinginan diri sendiri. Yah, gak seru sih kalau semua dikeluarkan di sini. Baca sendiri lah ya.
Wizard Bakery: Ending yang Kamfret
Petualangan aku selama bersembunyi di toko roti sebenarnya bisa banget jadi pelajaran untuk pembaca. Penting banget nget untuk bisa memahami sebuah keinginan dari segi plus dan minusnya.
Segala hal yang berbau instan seperti keajaiban tentu tidak akan pernah gratis. Ada kompensasi nggak enak yang mesti dibayar untuk sebuah hal yang instan.
Believe me. Ending buku ini, bisa dibilang oke, bisa dibilang kurang oke, tergantung pembaca untuk memilih ending di bab berapa. Misterius banget kan bukunya!!!!!
Interaksi antara Tokoh “Aku” dengan Pemilik Toko Roti
Interaksi mereka berdua bisa dibilang kayak paman sama ponakan. Saling menunjukkan perhatian dan kasih sayang tetapi tidak ada kelembutan di dalamnya. Meskipun kasar, sang pemilik roti tetap membiarkan anak ini numpang di toko rotinya berhari-hari. Berbulan-bulan.
Sambil membantu operasional toko, anak ini belajar tentang klien yang kecewa karena roti sihir pesanannya ternyata tidak memberikan hasil yang maksimal. Padahal kan …. padahal ya, lanjutannya silakan dibaca di buku saja. Hihi.
Kesan saya Tentang Wizard Bakery
Buku ini unik, sih. Diawali dengan tragedi lalu kisahnya berlanjut dengan keajaiban kecil di sebuah toko roti. Perpisahan yang manis antara anak laki-laki yang teraniaya di dalam keluarga dengan pemilik toko roti penyihir bisa dibilang jadi sebuah momen sedih yang nggak terlupakan.
Di dalam kehidupan ini pasti akan ada satu penyesalan karena telah mengambil keputusan yang kurang tepat di dalam kehidupan. Bagaimanapun itu, sebuah keputusan tentu harus diambil dengan bijak dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya ataupun tidak.
So, nikmatilah cerita ajaib buku ini komplit dengan kepusingan konflik keluarga di dalamnya. Selamat membaca Wizard Bakery. Saya mau cuci piring dulu.
Baca juga: Buku Human Kind, Masihkah Manusia Memiliki Hati Nurani?
0 Comments
Post a Comment