Seneng nih rasanya setelah berhasil bertahan di Komunitas nulis KLIP (Komunitas LItersi Ibu Profesional. Untuk yang pernah ikut IIP (Institut Ibu Profesional) mungkin nama KLIP bisa jadi udah terasa familiar. Namun, bagi yang belum tau, KLIP bisa dibilang adalah wadah untuk ibu mulai berkarya lewat tulisan.
Konsepnya sederhana, tiap anggota mesti menyetor artikel 10 biji tiap bulan. Kalau gagal ya out, kalau nggak ngerjain tema tantangan nulis ya out. Simple, kan? Makanya saya cukup hepi karena sudah berhasil nyetor tulisan 10 biji tiap bulan.
Kalau nggak ikut beginian, paling ya saya cuman berhasil buat artikel di angka 4-5. Sangat sedikit!
Skripsi KLIP 2022
Nah, kalau sudah berhasil melewati tahap persiapan, anggota KLIP akan mengikuti kelas karya. Di sini masing-masing anggota akan dibimbing dan diberi tahu adanya tugas akhir yang cukup besar yakni menulis minimal 19.000 kata. Hmmm.
Kalau nggak dicicil sih saya yakin di penghujung tahun rambut bakal rontok dan cucian piring di rumah bisa bejibun.
Untuk awal, bu-ibu anggota komunitas ini akan diberi beberapa gambaran tentang pemilihan tema dalam menulis tugas akbar tersebut. Bisa fiksi, non-fiksi, blog, atau literasi anak, yang penting semua tulisan tersebut masih dalam satu benang merah yang sama. Yaah, simulasi membuat buku, kira-kira begitulah gambarannya.
Kalau saya berencana untuk membuat non-fiksi. Yaaah, walaupun sebenarnya saya emang tergoda setengah mati untuk nulis fiksi,saya masih sadar sama kemampuan diri sendiri.
Nulis fiksi itu ruwet setengah mati. Kita mesti punya latar belakang, punya karakter, punya interaksi antar-karakter, dan tentu saja kemampuan untuk membangun sebuah plot yang baik dari awal sampai akhir.
Belum lagi merencanakan tipping point di mana tokoh utama akan menemukan perubahan dalam kisah hidupnya. Aiiiih!. Pusing mak!
Saya lumayan suka sih sama latar cerita drama Twenty Five Twenty One yang mengangkat kisah krismon di Korsel. Begitu banyak anak yang putus sekolah, banyak keluarga yang terpisah, dan banyak tulang punggung keluarga yang jadi pengangguran dadakan. Dari sini aja latarnya udah apik banget, kan!
Terus, alurnya juga emang best lah. Si tokoh utama laki-laki yang mesti menjalani kepahitan hidup ini benar-benar memulai dari awal. Ia melamar pekerjaan apapun demi bisa bertahan hidup. Hidupnya yang sudah terpuruk itu masih diperparah oleh teror dari para investor perusahaan ayahnya yang sudah bangkrut. Penulisnya emang tega!
Latar cerita fiksi lain yang cukup bagus adalah novelnya Rindu Tere Liye. Saya sendiri sudah lupa kisah tokoh utamanya yang mengalami berbagai kemalangan. Namun, saya masih ingat dengan jelas latar belakang yang jadi tema ceritanya yakni tentang perjalanan naik haji pakai kapal di masa lalu.
Di awal cerita, Tere Liye menuliskan dengan jelas betapa riweuhnya menyiapkan bekal perjalanan untuk naik haji pakai kapal seperti ini. Saking lamanya perjalanan ini, mereka sampai seperti pindah rumah dengan membawa kompor dan sembako selama beberapa bulan.
Jadi, emang hanya tuan tanah dan crazy rich pribumi zaman baheula yang bisa naik haji.
Menulis Non-Fiksi
Saya nggak ragu untuk bisa menulis non-fiksi di ajang skripsi tahun 2022. Isinya kurang lebih ya tentang buku dan perpustakaan. Simple, ya?
Yap, target saya di skripsi KLIP 2022 ini adalah selesai, gak muluk-muluk. Menulis dengan satu konsep itu emang berasa marathon dengan tujuan yang satu. Jadi, perlu banget lah untuk menyiapkan tenaga yang besar dengan strategi yang jitu. Nggak akan bisa diselesaikan dengan jurus sks ala mahasiswa. Perlu dicicil pelan-pelan seperti KPR. Hiks.
Buku dan Masa Lalu
Bicara soal buku, saya pengen spill sedikit kisah saya di masa kecil. Ketika belum bisa baca, buku pertama saya adalah buku dongeng gratis yang ada di susu Dancow. Setiap kali malas ngaji, emak saya membacakan buku ini sebagai suap agar saya mau ngaji. Judul bukunya pun saya masih ingat: Kisah Pak Belalang. Wkwk.
Padahal, alur proses fotosintesis lewat siklus Calvin untuk menghasilkan ATP yang saya pelajari di bangku kuliah aja udah nggak ingat. Tapi, memori umur empat tahun tentang buku dongeng gratisan di kotak susu masih terngiang sampai jadi tua begini. Huhuhu, jadi kangen emak.
.
Jadi, persiapan pertama saya untuk nulis skripsi ini adalah menulis daftar buku yang saya baca dari anak-anak sampai dewasa. Lalu, saya akan nulis sedikit penjabaran tentang bukunya dan makna buku itu untuk hidup saya. Gitu aja, sih.
Semoga di tahun depan saya sudah punya kemampuan dan kepercayaan diri untuk nulis fiksi. Kalau emang jadi, saya pengen banget nulis kisah tentang latar pandemi Covid-19 di mana banyak pasangan yang bercerai sampai jadi antrian di KUA. Mungkin saya akan menulis dari latar fenomena ini.
Konfliknya ya paling tentang pertikaian rumah tangga dan sudut pandang ceritanya akan ditulis dari karakter konsultan pernikahan yang jadi mediator di KUA. Jadi, mungkin tiap babnya akan menyajikan permasalahan rumah tangga yang berbeda-beda dari pasangan yang berbeda pula.
Udah dulu tentang skripsi KLIP hari ini. Saya mau cari minyak goreng dulu.
Baca juga: Di Tanah Lada, Petualangan Anak Kecil Melawan Luka
0 Comments
Post a Comment