Baru-baru ini saya menyelesaikan sebuah buku berjudul Things Left Behind yang jadi inspirasi pembuatan drama Korea Move to Heaven. Nah, saya yakin sih banyak yang sudah nonton Move to Heaven dan nangis sesenggukan.
Bukunya jelas nggak semelow versi dramanya, tapi terkesan lebih filosofis. Soalnya si penulis juga menuliskan renungan dirinya ketika melihat kematian yang menurutnya tragis atau yang menyentuh jiwa.
Isi Buku Things Left Behind
Di awal bukunya, penulis menjelaskan tentang pekerjaan untuk membersihkan barang orang yang wafat. Di Korea Selatan, jasa semacam ini sangat lumrah karena begitu banyak orang yang tinggal sendirian, sehingga kebanyakan tidak memiliki keluarga untuk membereskan barangnya.
Sekalipun ada keluarganya, kadang ada kondisi di mana mayat ditemukan sudah lama dari waktu kematian sehingga kondisi kamar sudah cukup berbau. Makanya, jasa beberes barang untuk orang wafat cukup banyak digunakan di sana, terutama digunakan sama pemilik kosan.
Ada banyak sekali cerita kematian yang diungkap sama penulisnya. Namun, uniknya adalah di awal cerita si penulis menjelaskan dulu deskripsi kematian menurut dirinya sendiri. Menurutnya, kematian adalah sesuatu yang absolut di dunia ini (ya jelas sih).
Sama seperti kehidupan, kematian seharusnya tidak menjadi momok menakutkan. Kematian adalah bagian dari kehidupan yang tentunya akan menjumpai setiap makhluk yang hidup.
Walaupun pendapatnya begitu, namun stigma masyarakat yang takut akan kematian masih sangat jelas di sana. Perusahaannya sering disuruh pindah sama penduduk setempat. Dirinya dan karyawannya sering dilempari garam, bahkan tidak diterima untuk makan di rumah makan kalau sampai pekerjaannya diketahui.
Mereka sering bekerja sembunyi-sembunyi dan sering tidak mengakui kalau sedang membersihkan kamar karena penghuninya sudah meninggal.
Biarpun begitu, sebagai pembaca saya bisa memahami bahwa penulis juga mengalami pertumbuhan karena pekerjaannya. Misalnya saja, karena terlalu sering melihat orang kesepian yang bunuh diri rata-rata memiliki habit minum minuman keras, dirinya jadi menghindari minuman tersebut dan memilih bermain dengan anak-anaknya di rumah.
Kematian dan Makna dalam Kehidupan di Things Left Behind
Ada banyak kisah kematian yang ditulis oleh penulisnya di Things Left Behind. Sekitar 3 sampai 4 kisah menempel di kepala saya karena terlalu sedih untuk dilupakan.
Salah satunya adalah ini.
Kematian ayah dan anak di sebuah kos-kosan
Penulis mendapat pekerjaan di mana ada orang bunuh diri di dalam kamar menggunakan dasi. Padahal jarak antara kaki dengan lantai cukup dekat sehingga niat bunuh diri dari si pelaku pastilah sangat besar.
Namun, ketika penulis membersihkan kasur di dekat lokasinya bunuh diri, ia menemukan cairan busuk di atasnya. Lalu, ketika ia bertanya dengan pemilik gedung ada fakta yang cukup mengejutkan.
Si bapak yang bunuh diri ternyata membunuh anak perempuanya terlebih dahulu. Lalu ia merokok satu batang, terbukti dari kotak rokok yang hanya kehilangan satu batang. Setelah merokok mungkin ia minum alkohol lalu menggantung diri dengan dasi.
Ayah yang mati sendiri
Kisah ini menceritakan tentang seorang ayah yang memutuskan untuk hidup sendiri karena tidak mau merepotkan anaknya. Si ayah ini sampai bahkan tidak memberitahu anaknya bahwa dirinya sakit dan tidak bisa menggunakan kakinya lagi.
Ketika sang ayah meninggal, pemilik bangunan tentu memanggil jasa pembersih kamar. Betapa terkejut si penulis ketika menemukan kondisi kamar yang cukup mengerikan. Selain bau busuk dari mayat, kamar juga penuh dengan sampah.
Botol minuman keras yang berantakan di dalam kamar sudah terisi dengan air seni. Bahkan, ruangan kamar mandi penuh dengan tinja yang berserakan.
Keputusan si bapak untuk menderita sendiri tentu membuat anaknya jadi makin merasa menyesal. Menurut si penulis, sebagai sesama keluarga, harusnya si bapak tidak harus terlalu sungkan sama anaknya sendiri.
Justru dengan hidup susah dalam kesendirian, si bapak menyisakan kepahitan yang dalam ke diri si anak.
Udah sih, itu saja spoiler yang mau saya bagi di sini.
Dampak Kisah Kematian di Things Left Behind
Untuk saya, buku ini terasa cukup berbeda. Dengan sudut pandang yang jarang kita dapatkan di buku lain, rasanya pembaca seperti diajak ke dunia baru. Sebuah dunia di mana cinta dan ironi bercampur jadi satu fakta bernama realitas, hihi.
Things Left Behind membuat saya jadi banyak berpikir soal kematian. Bagaimanapun, kematian pasti akan datang kepada setiap makhluk yang hidup. Karenanya, penting banget untuk menuliskan jejak-jejak penuh cinta kepada sanak saudara, keluarga, dan circle tercinta. Huhuhu, saya jadi mellow.
Baca juga: Pesona Buku Digital yang Perlu Kamu Tahu!
0 Comments
Post a Comment