Beberapa hari yang lalu saya baru saja melongok mediumnya milik bang Ivan Lanin. Iya, uda Ivan Lanin yang itu. Topiknya adalah tentang teknik copywriting yang kebetulan mengangkat isu iklannya iphone yang ‘Hello Yellow’ menjadi ‘Kuning Keren’ setelah disadurkan ke bahasa Indonesia.
Isu ini memang sempat meledak di Twitter karena menurut sebagian besar netizen istilah ‘Kuning Keren’ terasa kurang pas untuk memikat hati konsumen. Nah, di sini Uda Ivan Lanin membahasnya dengan menggunakan teknis berbahasa rima yang selama ini sering digunakan untuk konten iklan agar mudah dikenali dan diingat banyak orang.
Di sini rasanya saya jadi memahami alasan tim marketing iphone menggunakan istilah ‘Kuning Keren’ dibandingkan dengan istilah lain. Meskipun istilah ini banyak dikritik karena terdengar begitu sederhana dan mungkin sedikit lucu, tapi sebenarnya Kuning Keren cukup eye catching sehingga mudah diingat dan mudah untuk ditertawakan. Hihi. Makanya, setidaknya tujuan tim marketing dari Iphone berhasil lah… taglinenya trending, meskipun dengan cara yang berbeda. Bagaimanapun, golnya sudah tercapai.
Nah, di artikel Uda Ivan lanin, dibahas pula soal rima yang banyak dipakai di pelbagai pantuan dan tulisan. Contohnya ada banyak, misalnya ada uang ada barang, dll. Bahkan, rima kata ini bisa dibantu pakai web rima kata, sehingga kita bisa lebih mudah untuk mencari padanan kata saat ingin membuat kata berima.
Artikel Uda Ivan Lanin rasanya membuat aku jadi ingat lomba opini Mojok yang gagal aku menangkan. Rasanya belakangan ini aku terlalu menulis artikel yang gak terkini, ga penting, gak mendalam, ga ada landasan referensinya, dan….. terlalu personal. Rasanya agak susah untuk duduk terpisah dan menjaga jarak dari artikel yang sedang ditulis. Segalanya terasa begitu personal. Kenapa gitu, ya?
Artikel Opini, Subjektif atau Objektif?
Artikel opini jelas mesti memiliki nilai subjektif dari penulisnya. Namun, artikel opini biasanya selalu memiliki landasan teori yang kuat. Landasan inilah yang akan jadi pendukung dari argumen yang akan diterangkan di dalam artikel tersebut. Setelah menjelaskan duduk persoalan di paragraf pertama, lalu menerangkan landasan teorinya, lalu hantam pakai argumen kita yang tajam, setajam omongan netizen.
Tapi, kalau aku pikir rasanya artikel dari Uda Ivan Lanin ini tidak termasuk dalam opini. Tidak ada sikap Ivan Lanin terhadap isu iklan Kuning Keren pada produk di atas. Hanya ada penjelasan serta alasan yang melatari para penulis copywriting produk di atas memilih istilah Kuning Keren. Hanya itu. Jadi rasanya mungkin tulisan beliau ini termasuk artikel, bukannya artikel opini. Mungkin.
0 Comments
Post a Comment