Belakangan ini aku seperti kehilangan minat dengan diri sendiri. Lebih banyak merenung tanpa alasan, banyak membuka hp tanpa ada tujuan, dan makin sedikit membaca buku. Biasanya sih, ini tanda bahwa aku lagi stres dan emang iya.
Kalau lagi banyak beban dan overthinking melanda, aku akan memaksa diri sendiri untuk membaca buku. Makanya, di momen ini, aku akan memaksa diri membaca buku-buku yang sudah terbeli tapi belum sempat terbaca. So, inilah daftar buku yang akan aku baca dalam tahun ini.
Akiyoshi Rikako: Holy Mother
Bau-baunya sih ini buku tentang emak yang terlalu sayang anak terus jadi psikopat. Yah, ini hanya pendapatku aja sih. Soalnya gak ada keterangan yang lebih lengkap di halaman belakang bukunya yang bisa membuat pembaca jadi punya ekspektasi tentang si tokoh utama. Emang para pembacanya disuruh tebak-tebak dalam hati aja.
Agus Mulyadi: Seni Memahami Kekasih
Aku dapat buku ini dari pelatihan menulis lucu. Nah, plastik buku ini pun belum aku buka karena memang belum minat aja. Kayanya demi meningkatkan mood membaca, aku mesti mulai untuk baca buku ini dan menikmati kelucuan Gus Mul.
Btw, ini buku pertama Agus Mulyadi yang aku punya. Diantara penulis Mojok versi lawas, sebenarnya aku lebih ngefans ke Prima Sulistya dan pernah berniat untuk beli bukunya yang berjudul Bahagia melakukan Hal Sia-sia, tapi yah belum kesampaian.
Buku Pestisida dari Bayu
Aku akui sudah lama gak update ilmu pertanian. Jadi malu deh sama dosen yang sudah pensiun masih mengelola blog untuk menulis penelitian kecilnya di kebun rumah. Huah, kadang aku suka menyesali diri sendiri yang gak produktif, tapi kalau terlalu rajin biasanya aku akan banyak mengeluh karena merasa gak punya waktu untuk diri sendiri. Dualisme yang saling kontradiktif. Pada akhirnya yang menang adalah kemalasan dan tujuh dosa besar lainnya. Huahahaha.
Red Queen
Buku ini aku dapat rekomendasinya dari Chat GPT. Well, di tengah kesendirianku tengah malam, aku sempat ngobrol sama web ini menanyakan banyak hal random, mulai dari apakah Hinata Shoyo gay seperti kata fandomnya, bertanya tentang alasan Geto Suguru memilih jadi villain, bertanya soal ending buku Rhysand dan Feyre, sampai akhirnya Chat GPT yang mengantuk menyuruhku untuk membaca buku lain, salah satunya adalah Red Queen ini.
Inti buku ini adalah tentang diskriminasi antara bangsa darah merah dan darah perak. Golongan darah perak punya kekuatan lebih dengan kedudukan yang jelas lebih tinggi. Sedangkan bangsa darah merah menduduki strata terendah, mengerjakan pekerjaan kasar, dan menjadi prajurit perang paling depan untuk jadi tumbal.
Sampai akhirnya, si tokoh utama novelnya yang merupakan seorang bangsa darah merah mengeluarkan kekuatan petir saat nyawanya terancam. Sebuah penemuan luar biasa yang jelas akan merubah konsep diskriminasi dalam buku ini. Aku akan menyelesaikan buku ini dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Btw, buku ini aku baca dalam bentuk digital di app Ipusnas.
Senyum Karyamin
Belakangan ini aku sedang menikmati gaya menulisnya Ahmad Tohari di Senyum Karyamin. Penulisannya gak menuliskan perspektif apapun dari dirinya dan murni menjelaskan sebuah peristiwa sehingga benar-benar membebaskan pembaca untuk mengartikannya berdasarkan pemahaman masing-masing.
Ada satu cerpen yang menempel di kepalaku saat ini. Aku lupa judulnya tapi cerpen ini menceritakan tentang seorang suami yang mau mengabarkan ke keluarga istri bahwa ia sudah melahirkan. Karena gak ada hp, dalam kondisi kekeringan karena kemarau, perjalanan ke sana cukup sulit. Di tengah perjalanan, suami ini melamun, bagaimana kalau keluarga istri marah karena proses melahirkan terjadi secara prematur karena istrinya bekerja terlalu keras di usia yang muda pula.
Sampai di sana ayahnya malah tertawa dan bersyukur. Apalagi, dalam waktu dekat, anak perempuannya yang lain juga akan menikah dalam usia yang masih sangat muda. Sudah selesai, cerpennya berkahir di momen si ayah yang sedang tertawa bahagia.
Sebagai pembaca perempuan jelas aku geregetan dengan model laki-laki begini. Ingin misuh-misuh tapi kondisi pernikahan di bawah umur memang masih terjadi dan sering. Yah, semoga di masa depan, perempuan-perempuan tak perlu lagi menikah karena harus dan terpaksa, melainkan karena ingin. Btw, buku ini aku baca dalam bentuk digital di app Gramedia.
Sekian tumpukan buku yang ingin aku baca. Sudah dulu, mau cuci piring kotor bekas makan sahur.
Baca juga: Review Novel Pengantin Pesanan by Mya Ye
0 Comments
Post a Comment