Anak tantrum memang sulit untuk dihadapi, tapi lebih sulit lagi menghadapi diri sendiri ketika anak tantrum, hahaha. Bawaanya pengen ikut ngamuk aja kalau anak lagi tantrum, langsung berasa ingin ikut rewel dan nangis. Pekerjaan banyak, rumah berantakan, baju anak belum disetrika, anak malah tantrum seharian, nah kan malah curhat.

anak tantrum

Asli sih, ngontrol diri sendiri adalah kunci utama untuk bisa menghadapi anak tantrum. Dengan menunjukkan ketenangan selama anak ngamuk, euforia tegang otomatis jadi berkurang. Namun, tentu saja ada beberapa tips yang perlu dilakukan agar emosi gak otomatis jadi mudah meledak ketika anak sedang meluap-luap emosinya. 

Dari buku tentang psikologi yang aku lupa judulnya, mungkin Loving The Wounded Soul, salah satu cara agar punya resistensi yang kuat selama menjalani hari adalah dengan menerawang ekspektasi yang buruk di pagi hari, misalnya ya anakku hari ini mungkin akan menghambur mainan tanpa mau membereskannya kembali, mungkin anakku hari ini akan mengamuk tepat di waktu aku sedang lelah, anakku mungkin akan ogah makan dan melepeh seperti biasa. 


Nah, dengan menerawang kemungkinan-kemungkinan yang buruk, kita jadi merasa lega ketika itu tidak terjadi dan merasa biasa saja ketika itu memang terjadi. Ini juga bisa diterapkan sebelum pergi bekerja, misalnya mungkin atasanku hari ini akan berkomentar nyelekit seperti kemarin, mungkin hari ini warung bakso favoritku akan tutup, mungkin hari ini akan ada jobdesk tambahan sebelum aku pulang. 


Sambil merendahkan ekspektasi, kita bisa menyusun solusinya sambil mandi pagi. Kalau anak menolak makan dan melepeh, mungkin kita bisa membuatkan makanan camilan finger food yang gizinya sudah lengkap dengan karbohidrat dan protein. Kalau anak mengamuk di jam-jam kritis, kita bisa mendengarkan simfoni tangisannya dengan khidmat, tanpa perlu menambahkannya dengan omelan dan teriakan yang membuat suasana makin panas. 


Dengan memiliki resistensi emosi, kita jadi bisa berpikir logis dan fokus pada solusi. Ketimbang ikutan kesal, mungkin kita bisa konsultasi sama teman atau tenaga kesehatan terkait solusi bagaimana meredakan anak tantrum selain dengan membiarkan emosi itu keluar sampai anak puas sendiri. 


Tentunya sebagai orang tua kita ingin anak menjadi individu yang bisa merengkuh emosinya sendiri, bukan menyembunyikannya seperti kita dulu yang mungkin sering dibentak diam ketika menangis, hihihi. Kita tentu ingin anak menjadi manusia yang paham dengan dirinya sendiri, bukan menjadi penipu atas kebutuhannya sebagai pribadi yang utuh.  


Sebagai mak-emak, pastilah ada momen di mana bertahan dari hasrat ingin ngomel terasa sangat berat. Kalau sudah begini angkat tangan saja, minta injury time dengan orang terdekat, minta bantuan untuk gantian jaga anak.


Hiks, kalau sudah ngomongin anak pengennya jadi mewek dan sedih. Perjalanan menjadi orang tua memang adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan muhasabah diri. Sudah ah, aku mau cuci piring dulu.


Baca juga: Slow Living ala Anime Frieren