Semakin dewasa, rasanya kebahagiaan makin sulit untuk untuk dirasakan. Makin dicari, kebahagiaan semakin menjadi-jadi, ia seperti menjelma menjadi kabut yang ada di depan mata tapi tak bisa diraih. Haih, rasanya ingin pergi bersama angin, mengecil menjadi batu, lalu menghilang seperti buih di lautan.

Hihihi, mungkin itulah gambaran kecil dari keluhan orang dewasa yang sekarang jadi rutinitas. Padahal, di masa kecil kebahagiaan begitu terasa sederhana; baju baru di hari raya, makanan kesukaan ada di meja, mendengar lagu kartun favorit di televisi. Setelah jadi dewasa dan menua, hal-hal kecil tidak lebih bisa memuaskan batin yang mungkin sekarang sudah kering  kerontang. Penyebabnya tentu beragam, mulai dari tuntutan kehidupan yang berat, atasan dan beban kerja yang menggunung, serta masalah batin yang ada di dalam sanubari masing-masing.


Aku yang baru jadi orang tua beberapa tahun saja sudah mengeluh setiap hari, ingin kembali ke masa kecil, di masa ketika aku jadi sosok yang dilindungi, disayangi, dan diayomi. Sekarang, ketika sudah dewasa, rasanya aku paham menjadi pihak yang menyayangi, melindungi, dan mengayomi ternyata sama sekali tidak mudah. 


Capek pulang kerja gak bisa lagi langsung ke kamar untuk rebahan, tapi langsung ke dapur untuk masak makan malam. Hasrat untuk nonton film harus selalu tertunda demi membersamai anak bernyanyi Burung Kakak Tua. Ada begitu banyak keluhan pribadi yang rasanya kalau dikumpulkan mungkin akan jadi berjilid-jilid sebelum artikel ini bisa menuliskan inti gagasannya yakni tentang definisi kebahagiaan itu sendiri.


Definisi Bahagia dari Kento Nanami


definisi bahagia

Kalau kata Kento Nanami dari anime Jujutsu Kaizen, dewasa itu adalah orang yang sudah mengumpulkan kekecewaan setiap harinya. Yap, akumulasi kekecewaan lah yang akan menjadikan kita dewasa. Ironi sih, tapi langkah menjadi dewasa sehingga bisa bahagia justru dengan menerima kekecewaan itu sendiri. 


Definisi Bahagia dari Podcast


definisi bahagia

Aku pernah mendengar dari Podcast-nya Raditya Dika bahwa ia sangat memahami akan selalu ada naik dan turun dalam kehidupannya. Sehingga, ia selalu sebisa mungkin untuk tidak terlalu sedih ketika jatuh, dan tidak terlalu bahagia ketika sedang berhasil. Nah, lo, ilmu baru lagi nih. 


Definisi Bahagia dari Filosofi Teras


definisi bahagia

Buku Filosofi Teras termasuk salah satu buku yang oke banget untuk membuka wawasan terkait bagaimana cara terbaik untuk menjalani kehidupan. Salah satu cara yang menjadi gagasan utama dalam buku ini adalah untuk mengontrol ekspektasi, menerima keadaan, serta memahami mana hal yang bisa dikontrol dan mana hal yang tak bisa dikontrol. 


Sesuatu hal yang tak bisa dikontrol, seperti anak yang GTM, suami yang tak peka, atau atasan yang mengesalkan, tak perlu diambil pusing. Cukup lakukan hak yang bisa dikontrol, misalnya usaha untuk memasak MPASI, melakukan effort untuk jadi istri yang layak, dan lakukan pekerjaan semaksimal mungkin. 


Bahagia Menurut Buku Goodbye Things


definisi bahagia

Salah satu buku minimalisme yang aku suka adalah karyanya Fumio Sasaki. Isi bukunya menceritakan bagaimana penulis menjalani kehidupan minimalisme pelan-pelan sambil menyusun prioritas dalam hidupnya. 


Penulisnya menjelaskan bahwa kehidupan minimalisme bukanlah perlombaan tentang siapa yang paling memiliki sedikit barang, melainkan soal kepuasaan di masa kini tanpa merasa minder dengan jenis kehidupan lain yang lebih gemerlap.


Aku sedikit memahami bahwasannya konsep minimalisme adalah mebiasakan diri untuk memahami mana yang penting untuk kehidupan dan mana yang tidak. Dengan terbiasa memutuskan untuk membuang yang tak penting dan menyimpang yang penting, kita jadi mengetahui prioritas dalam kehidupan sehingga bisa lebih bahagia.


Yah, buat aku sendiri, kebahagiaan sama sekali tidak bisa dijadikan tujuan. Ketika bahagia menjadi tujuan, maka tujuan kita akan jadi garis finish yang tidak akan berakhir. Lebih baik, menentukan garis finish yang lebih jelas saja, misalnya menjadi orang dewasa yang rutin olahraga minimal 2 kali seminggu, menjadi orang dewasa yang bisa mengendalikan amarah, atau menjadi orang dewasa yang bisa masak opor ayam. Manusia memang makhluk yang sangat kompleks. Lebih mudah menebak akhir sebuah novel ketimbang memperkirakan pergerakan sosial manusia.


Baca juga: A Condition Called Love, Cinta Anak SMA yang Mature Banget