Well, seperti biasa, aku akan merayakan 2025 dengan menulis, mengeluh, bersyukur, dan berkontemplasi. Meskipun banyak mengomel, aku bangga dengan diriku karena aku masih hidup, masih terbilang waras, punya penghidupan, masih memiliki rumah untuk tempat pulang dan mengutang, hahaha.
Tahun 2024 aku menghadapi kecelakaan dan pulih sepenuhnya. Aku kembali bekerja menghadapi masalah dengan keputusan-keputusan yang terbilang kurang tepat, tapi sudah terlewati. Aku menggali alasan keputusan yang gegabah itu dan akan memperbaiki ke depannya. Aku melakukan kecerobohan dan kebodohan serta memiliki adiksi mi dan kopi yang mesti aku hilangkan demi kesehatan.
Kontemplasi Buku
Dalam 2024, ada begitu banyak buku yang sudah kubaca, kebanyakan Keigo Higashino, karena aku sedang tergila-gila dengan beliau. Serial Keigo versi gratisan di aplikasi Ipusnas sudah kubaca semua, mulai dari Malice, Pembunuhan di Nihonbashi, dan Toko Kelontong Namiya. Tapi, tentu saja aku juga beli buku detektif lagi versi digital di Google Playbook yang judulnya Salvation of A Saint dan buku yang sempat heboh di jagat raya Twitter: Teka-Teki Rumah Aneh.
Aku lumayan tergila-gila dengan Teka-Teki Rumah Aneh meski endingnya ga seheboh bab pembukanya. Asli sih, bab pembukanya novel ini kacau banget, bagussss pake dua jempol. Awal tahun 2025 kemarin aku foya-foya beli buku, sesuatu yang tentunya sangat nagih dan sepertinya akan aku ulangi tahun depan. Ya Allah, semoga uangku selalu melimpah.
Tahun 2025, aku awali dengan beli buku nonfiksi yang berjudul How to Win Friends and Influence People yang ditulis Dale Carnegie. Buku ini aku beli memang dengan tujuan khusus, yakni menguasai dunia, hahaha. Setelah membeli buku yang melelahkan, tentu saja aku menengok rak komik yang menyenangkan dan mengambil satu buku tentang petualangan Ayahnya Shinchan mencari makan siang di jam istirahatnya ketika bekerja.
Agak heran juga kenapa komik datar ini tulisannya 15+ sampai aku sadar yang paham betapa nikmatnya kegalauan receh saat mencari makan hanya dimengerti pekerja dan orang dewasa. Hiks, mak aku capek jadi dewasa.
Kontemplasi Kematian
Tahun ini pula aku kehilangan ibunya ibuku. Nenekku memang sudah lama sakit. Semua orang mungkin sudah berekspektasi hari perpisahan ini pasti akan terjadi. Namun, kesedihan di mata emakku rasanya pasti akan jadi kesedihan di mataku saat itu tiba menjadi giliranku. Sialan, aku menetes. Ck, mak aku capek jadi dewasa.
Aku bertanya sama suamiku kenapa orang-orang perlu menangis sampai selama itu untuk perpisahan yang sudah diduga, jawabannya bagus jadi perlu aku catat dalam kontemplasi ini. “Orang-orang itu bersedih bukan karena kematiannya, tapi karena kenangan dan memori yang tersisa.”
Kontemplasi di Rumah Sakit
Aku juga merayakan tahun baru di rumah sakit untuk melepas pen berhubung tulangku sudah kembali utuh. Aku mempersiapkan proses operasi dengan membeli buku yang rencananya akan kuhabiskan selama rawat inap: Pasta Kacang Merah.
Buku ini gimana ya, aku bisa bilang bahwa konfliknya sederhana tapi manis dan hangatnya tersampaikan dengan sempurna ke pembaca. Kok bisa gitu, sih? Ajari aku nulis yang bisa mengantarkan perasaan dong!!!
Aku sama emakku ngobrol panjang lebar di rumah sakit sampai dini hari, sampai ada ketukan di dinding, yang sepertinya bermaksud menegur. Pagi hari, aku rayakan dengan gofood.
“Mak, mau makan apa?”
“Sushi aja.”
Aku yang terheran-heran dengan ide sushi untuk sarapan jam 7 pagi, “Gak ada sushi jam 7 pagi mak, nanti siang baru ada.”
“Oh, gitu.”
Sudah, itu sih kontemplasi di awal tahun. Aku di 2025 akan segera menguasai tips dan trik how to win friends and influence people untuk bisa meraih kekayaan duniawi. Aku di 2025 juga akan olahraga dan makan makanan yang bergizi lengkap, bayar utang puasa, dan punya banyak uang untuk foya-foya buku lagi di akhir tahun. Aku ingin kembali menikmati ibadah sehingga bisa memiliki kesadaran diri yang lebih peka.
Ah, ada satu percakapan bodoh lagi di akhir tahun ini setelah aku beli cushion untuk pertama kalinya.
Suami: Apa itu dek?
Aku: Emmm (ingin menjelaskan cushion dengan bahasa yang mudah) … bedak basah mas.
Suami: Oh, pupur dingin.
0 Comments
Post a Comment