Aku beli buku ini untuk menemani masa-masa opname di rumah sakit karena mesti operasi lepas pen, dan membeli buku Pasta Kacang Merah adalah keputusan yang sangat tepat. Persis seperti judulnya yang manis, cerita di dalam buku Pasta Kacang Merah pun terasa begitu legit. Konfliknya yang santai dan sederhana tidak membuat buku ini jadi membosankan malah semacam jadi healing yang tidak terlupakan selama aku berbaring di rumah sakit.
Kisah Pasta Kacang Merah
Kisah novel ini dimulai dari toko Dora Haru yang menjual dorayaki. Sentaro, sebagai pengelola toko menjalankan keseharian penjualan dorayaki dengan asal-asalan. Pasta kacang merahnya hanya dibeli jadi lalu adonan dorayaki juga tidak dipanggang dengan bentuk yang benar, kadang tidak bulat sempurna, kadang sedikit gosong. Yah, begitulah.
Pada suatu hari, ada seorang nenek tua yang menawarkan diri untuk jadi paruh waktu di toko Dora Haru dengan bayaran yang sangat sedikit. Awalnya, Sentaro tentu menolaknya, apalagi jari nenek tua itu terlihat bengkok dan tidak normal. Akan tetapi, setelah nenek tua itu membawakan Sentaro contoh pasta kacang merah yang ia buat sendiri, keputusannya langsung berubah.
Tampaknya, pasta kacang merah juatan wanita tua bernama Tokue itu sangat istimewa. Di dalam bukunya, pasta kacang merah tersebut dideskripsikan dengan rasa manis, harum, dan legit. Selama membaca, rasanya lidahku juga bisa ikut merasakan betapa harum aroma kacang merah yang sudah dicampur gula dan dihaluskan menjadi pasta siap pakai dalam kue dorayaki. Ck, aku jadi lapar.
Keputusan Sentaro tentu membawa dampak yang luar biasa dengan tingkat penjualan kue dorayaki di toko Dora Haru yang biasanya hanya ala kadarnya. Meningkatnya penjualan ini tentu membawa dampak baik bagi kinerja Sentaro sekaligus aja akan mengantarkan si tokoh utama menuju masalah puncak yang akan jadi inti buku ini.
Kisah Tangan Bengkok dalam Pasta Kacang Merah
Ada alasan yang sangat kuat mengapa Tokue tidak menceritakan sebab-musabab tangan bengkoknya pada Sentaro. Alasan inilah yang akan jadi masalah puncak di dalam buku ini. Aku gak akan cerita utuh, jadi silakan mencari sendiri di dalam buku Pasta Kacang Merah.
Tangan Tokue adalah alasan Sentaro kembali menemukan secercah cahaya semangat untuk menjalani hidup dengan bersemangat sekaligus juga jadi alasannya untuk kembali layu. Berkat tangan Tokue yang terampil membuat pasta kacang merah, menciptakan teori dan tahapan yang baik untuk mengolah kacang merah menjadi pasta yang nikmat, Sentaro tak lagi menjalani kehidupan ala kadarnya dan sekenanya saja seperti kita semua (hahaha).
Pembuatan pasta kacang merah bagi buku ini adalah sebuah tahapan untuk menghargai kehidupan, mendengarkan dengan lebih jelas, dan sebuah proses untuk menikmati kehidupan. Aiiih, kenapa jadi filosofis sekali?
Sebagai pembaca, rasanya aku memahami bahwa sesuatu yang instan dan mudah cenderung akan jadi solusi semu dalam kehidupan. Pada dasarnya, untuk bisa menikmati ‘pasta kacang merah’ yang nikmat, ada sebuah effort yang perlu dilalui, ada tahapan yang perlu dilakukan, dan tentu saja perlu kepekaan dan pemahaman sehingga dapat menikmati pencapaian kecil sebagai sebuah kebahagiaan.
Aku sendiri takjub sih kok bisa penulisnya yakni Durian Sukegawa menggodok konflik sederhana menjadi sebuah buku yang jauh dari kata membosankan. Walaupun, sudah jelas novel Pasta Kacang Merah bukan jenis buku yang akan membuatmu antusias setengah mati karena penasaran, bukan jenis buku yang membuatmu merinding karena tak bisa menebak alur plot cerita, bukan pula jenis buku yang membuatmu merenung dan galau setelah menghabiskannya, tapi buku ini tetap memberikan bekas khusus yang akan teringat bagi pembaca. Sesuai dengan judulnya yang manis dan sederhana, novel Pasta Kacang Merah adalah jenis novel yang memberikan rasa hangat dan kepuasan yang menyenangkan.
Novel Pasta Kacang Merah ditulis oleh Durian Sukegawa, penerbit Gramedia Pustaka Utama tahun 2022, dengan 240 halaman.
Baca juga: Meraih Sukses dengan Buku 48 Laws of Powers by Robert Greene
0 Comments
Post a Comment