Buku lain dari Akiyoshi Rikako yang menurutku lumayan oke adalah Holy Mother. Buku ini diawali dengan kisah seorang ibu yang kesulitan memiliki anak. Ia harus melakukan perjuangan yang sangat panjang untuk bisa memiliki anak yang sudah didapatkan sekarang. Bukan hanya berkonsultasi dengan dokter kesuburan, tapi dia juga sudah mengalami berbagai kegagalan dalam usahanya memiliki anak dengan cara bayi tabung.
Setelah memiliki anak, Honami, nama sang ibu yang jadi tokoh utama, kini menjalani hari dengan sepenuh hati. Ia mengantarkan anak ke tempat penitipan serambi melakukan pekerjaan penerjemahan di rumah. Namun, kedamaian Honami hanya berlangsung sementara karena secara tiba-tiba ada kasus pembunuhan pada anak lelaki yang berada tepat di sekitar perumahan mereka.
Mayat anak lelaki tersebut dibuang tanpa busana, alat kelamun terpotong, dan ada bekas kekerasa seksual. Honami tentu jadi kelabakan dan jadi sangat cemas dengan keamanan anak kesayangannya. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi anak kesayangannya itu.
Di sisi lain, penulisnya kini menceritakan dari sisi si pembunuh pada bab selanjutnya. Karakter bernama Makoto yang ternyata adalah dalang di balik kasus pembunuhan ini diceritakan sedang mengajari anak sekolah untuk melakukan ekstrakurikuler kendo. Selain itu, Makoto juga diceritakan sedang melakukan kerja paruh waktu di sebuah supermarket dan melakukan aksi pembunuhan yang pertama kali setelah selesai melakukan pekerjaan sebagai kasir di sana.
Di buku ini, sudut pandang Honami dan Makoto diceritakan bergilir. Aku gak bisa bilang bahwa ini adalah kisah yang menegangkan karena rasanya misteri pembunuhnya dibuka sedari awal. Daripada menegangkan, mungkin buku ini lebih menceritakan rivalri antara Honami dan Makoto. Daaann, pembaca tentunya disuruh menebak sendiri siapa yang akan menang di akhir cerita. Siapa yang menang? Yak, tentunya yang menang adalah penulisnya.
Konsep Ibu di Holy Mother: Malaikat atau Iblis?
Yap, demi anaknya, seorang ibu bisa melakukan apapun, termasuk menjadi bodoh, menjadi kejam, dan mungkin menjadi pembunuh? Hahaha. Kompleksitas atas dampak cinta buta adalah titik berat yang menjadi dasar dari novel ini. Manusia memang adalah makhluk yang penuh dengan perasaan dan emosi sehingga perasaan cinta dan benci sudah pasti bisa menjadi bahan bakar yang cukup untuk membunuh serta melindungi sosok kesayangan.
Aku cukup suka dengan konsep yang dibawa Akiyoshi Rikako di buku ini. Manusia emang rumit dan dalam, benar-benar sama sekali gak bisa ditebak. Bahkan, jangan percaya sama pasanganmu di rumah, jangan-jangan dia pernah membunuh seseorang di luar sana, wkwk (gak ding bercanda).
Pesan Kesan Membaca Holy Mother
Buat aku pribadi sih, Holy Mother cukup oke, meski tetap gak bisa mengalahkan karya numero uno-nya, the one and only, Girls in The Dark. Novel Girls in The Dark tetap ranking 1 dalam hal menegangkan, di mana semua orang saling tunjuk atas satu kasus kematian, dan masing-masing orang punya motif serta kesempatan yang sama untuk melakukan pembunuhan itu, ngeri banget dah!
Tapi, mengulik cinta seorang ibu menjadi sebuah novel pembunuhan adalah sebuah ide yang patut dicontek. Kelemahan akal manusia karena rasa cinta emang patut dieksplorasi lebih dalam, bagaimana sosok wanita yang lemah lembut bisa menjadi keji ketika menyangkut keselamatan anak semata wayang. Holy Mother cucok lah.
Baca juga: The Psychology of Money, Pembelajaraan Mental untuk Menghadapi Adikuasa Uang
0 Comments
Post a Comment