Penulis : Marie Kondo
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Agustus 2016
Ini salah satu buku yang berhasil membuat saya penasaran dan cukup pontang panting juga mencarinya. Awal mula saya mengetahui buku ini adalah dari blog ibu-ibu yang buanyak sekali mereview buku ini. Berulang kali mereka memuji buku ini dan tentunya ini membuat saya penasaran, apa sih daya tarik buku yang temanya cuman beres beres?
Beres Beres Rumah Berarti Membereskan seluruh Hidupmu
Aih, lebay ya subjudulnya? Tapi memang itulah yang dikatakan di buku itu. Mbak Marie Kondo dengan piawainya menjabarkan berbagai macam hal baik yang terjadi setelah kamu berhasil menemukan kenyamanan yang hakiki di dalam rumah setelah beberes.
Prinsip beberes ala Konmari hanya dua yakni membuang dan menentukan meletakkan barang di mana. Awal beberes, mbak Mari Kondo akan sealu menekankan satu hal, simpan benda yang benar-benar akan membangkitkan kesenanganmu. Dari sini saja kita sudah bisa mengambil satu hal penting, yakni fokus pada tujuan.
Penting untuk diingat, saat melakukan penyortiran kita memilih barang yang kita sukai dan bukan sebaliknya. Anggap saja kita sedang berada di sebuah toko saat berhadapan dengan tumpukan barang yang kita miliki, dan yang sedang kita lakukan hanyalah memilih barang yang disukai, mudah bukan?
Saat tebersit ada perasaan ragu seperti, ah aku tidak begitu menyukainya, namun siap tahu aku akan memerlukannya nanti. Maka buang sikap seperti itu dan segera singkirkan barang tersebut. Kosa kata nanti berarti tidak akan pernah.
Ada rahasia tersendiri dalam melakukan tahapan berbenah ala Konmari ini. Saat melakukan benah-benah di rumah keluarkan semua barang yang masih dalam satu kategori yang sama, di mana pun letaknya. Karena pada metode Konmari, penyimpanan barang dilakukan pada satu kategori yang sama bukan lokasinya.
Beberes ala Konmari pun ada tahapannya tersendiri yang perlu diikuti, seperti mandahulukan beberes pakaian dan mengakhirkan beberes barang kenangan. Sttt, ada maksud dan tujuan tersendirinya lo dari tahapan yang sudah ditentukan oleh Mbak Marie Kondo ini.
Buku ini juga mengajarkan tentang hubungan baik antara manusia dan barang-barang yang dimiliki. Mbak Marie Kondo senantiasa mencontohkan untuk menghargai barang yang sudah memberikan usaha mereka yang terbaik dalam menunjang kehidupan kita. Percaya kah kalau benda mati bisa merasakan kasih sayang pemilikya? Haha, saya percaya.
Saya pernah ngalamain punya telepon genggam yang udah jadul. Seringkali dia eror dan nge hang kalau dibuat internetan, tapi tetap saja sekalinya saya reset dia tetap hidup dan kembali seperti semula. Namun belakangan ini saya memutuskan untuk membeli telepon genggam yang baru, dan anda tahu apa yang terjadi 3 hari kemudian? Telepon jadul saya itu mendadak mati dan akhirnya benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya. Hiks, agak sedih juga sih. Karena bagaimana pun hape jadul saya itulah yang menjadi teman bisu sejak saya masih kuliah.
Oh, iya satu lagi. Mbak Marie Kondo juga menekankan bahwasannya hidup dengan barang yang kita butuhkan saja akan meningkatkan kulitas hidup. Bagaimana bisa? karena kita akan terhindarkan dari distraksi yang sesungguhnya tidak kita perlukan. Seperti misalnya hidup di masa lalu atau hidup dengan mencemaskan masa depan.
Begitulah, intinya. Kalau tidak membaca sendiri sih tidak akan mendapatkan kisah lengkap Mbak Marie Kondo. Buku ini memang ciamik, dengan tema sederhana namun sangat mengena.
Sumber:
deelestari.com
ceritashanty.com
Penting untuk diingat, saat melakukan penyortiran kita memilih barang yang kita sukai dan bukan sebaliknya. Anggap saja kita sedang berada di sebuah toko saat berhadapan dengan tumpukan barang yang kita miliki, dan yang sedang kita lakukan hanyalah memilih barang yang disukai, mudah bukan?
Saat tebersit ada perasaan ragu seperti, ah aku tidak begitu menyukainya, namun siap tahu aku akan memerlukannya nanti. Maka buang sikap seperti itu dan segera singkirkan barang tersebut. Kosa kata nanti berarti tidak akan pernah.
Metode Berbenah ala Konmari
Ada rahasia tersendiri dalam melakukan tahapan berbenah ala Konmari ini. Saat melakukan benah-benah di rumah keluarkan semua barang yang masih dalam satu kategori yang sama, di mana pun letaknya. Karena pada metode Konmari, penyimpanan barang dilakukan pada satu kategori yang sama bukan lokasinya.Beberes ala Konmari pun ada tahapannya tersendiri yang perlu diikuti, seperti mandahulukan beberes pakaian dan mengakhirkan beberes barang kenangan. Sttt, ada maksud dan tujuan tersendirinya lo dari tahapan yang sudah ditentukan oleh Mbak Marie Kondo ini.
Buku ini juga mengajarkan tentang hubungan baik antara manusia dan barang-barang yang dimiliki. Mbak Marie Kondo senantiasa mencontohkan untuk menghargai barang yang sudah memberikan usaha mereka yang terbaik dalam menunjang kehidupan kita. Percaya kah kalau benda mati bisa merasakan kasih sayang pemilikya? Haha, saya percaya.
Saya pernah ngalamain punya telepon genggam yang udah jadul. Seringkali dia eror dan nge hang kalau dibuat internetan, tapi tetap saja sekalinya saya reset dia tetap hidup dan kembali seperti semula. Namun belakangan ini saya memutuskan untuk membeli telepon genggam yang baru, dan anda tahu apa yang terjadi 3 hari kemudian? Telepon jadul saya itu mendadak mati dan akhirnya benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya. Hiks, agak sedih juga sih. Karena bagaimana pun hape jadul saya itulah yang menjadi teman bisu sejak saya masih kuliah.
Oh, iya satu lagi. Mbak Marie Kondo juga menekankan bahwasannya hidup dengan barang yang kita butuhkan saja akan meningkatkan kulitas hidup. Bagaimana bisa? karena kita akan terhindarkan dari distraksi yang sesungguhnya tidak kita perlukan. Seperti misalnya hidup di masa lalu atau hidup dengan mencemaskan masa depan.
Begitulah, intinya. Kalau tidak membaca sendiri sih tidak akan mendapatkan kisah lengkap Mbak Marie Kondo. Buku ini memang ciamik, dengan tema sederhana namun sangat mengena.
Sumber:
deelestari.com
ceritashanty.com
0 Comments
Post a Comment